B. Indonesia

Pertanyaan

Tulislah sebuah sinopsis legenda yang berasal dari jakarta utara

2 Jawaban





  • Home Jakarta raya City Guide
    SEJARAH JAKARTA: Inilah Asal Usul Nama Pademangan di Jakarta Utara
    31 Maret 2015 - 18:47 WIB, Oleh : Nurudin Abdullah

    78

    Peta Pademangan - jakarta.go.id
    Bisnis.com, JAKARTA-Pademangan adalah wilayah di Jakarta Utara, letaknya bersebelahan dengan Kemayoran yang dalam beberapa hal lebih dikenal di Ibu Kota.

    Konon, kata Pademangan berasal dari kehidupan di daerah tersebut yang pada masa penjajahan dan kekuasaan Belanda dengan VOC-nya banyak tokoh.

    Di tempat itu dulu banyak hidup tokoh berpangkat Demang Betawi atau pribumi yang dalam istilah Belanda adalah mayor.

    Karena banyak demang, maka tempat tersebut mendapat julukan yang berlaku hinga sekarang, yaitu Pademangan, yang terbentuk dari kata per-demang-an.

    Demikianlah penjelaskan Zaenuddin HM dalam buku karyanya berjudul “212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,” yang diterbitkan Ufuk Press, terbitan Oktober 2012.

    Dijelaskan bahwa dilihat dari pakaian para demang tersebut menggunakan busana adat Betawi, khususnya untuk kaum pria, bentuknya kurang lebih seperti jas, tetapi memakai kerah menyerupai baju koko.

    Selanjutnya, di bagian pinggang dililit sarung yang dilipat hingga paha atau lutut, dan celana panjang yang dikenakannya masih kelihatan.

    Baju ala demang itu di zaman Belanda dulu umumnya berwarna putih, tetapi belakangan kebanyakan warnanya hitam atau gelap.

    Begitulah kira-kira demang di masa lampau, yang banyak di daerah Jakarta Utara, sehingga tempat mereka diberi nama Pademangan.
  • Mbah Priok adalah seorang ulama. Masyarakat menyebutnya Habib. Ia dilahirkan di Palembang tahun 1727 dengan nama Al Imam Al`Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad RA. Menurut catatan, pada tahun 1756 Habib Hasan bin Muhammad bersama Al Arif Billah Al Habib Ali Al Haddad RA pergi ke pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam. Mereka berlayar menuju Batavia selama dua bulan. Aneka rintangan menghadang.

    Legenda yang tersebar dari mulut ke mulut, konon salah satu rintangan yang menghadang di jalan adalah armada Belanda dengan persenjataan lengkap. Tanpa peringatan, perahu Habib dihujani meriam. Namun, tak satu pun meriam mengenai kapal.

    Lolos dari kejaran perahu Belanda, kapal Habib digulung ombak besar. Semua perlengkapan di dalam kapal hanyut dibawa gelombang. Yang tersisa hanya alat penanak nasi dan beberapa liter beras yang berserakan. Selanjutnya, ombak lebih besar datang menghantam lebih keras dan membuat kapal terbalik. Dengan kondisi yang lemah dan kepayahan, kedua ulama itu terseret hingga ke semenanjung yang saat itu belum bernama.
    Ketika ditemukan warga, Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad sudah tewas, sedangkan Muhammad Al Hadad masih hidup. Di samping keduanya, terdapat periuk dan sebuah dayung. Warga memakamkan jenazah Habib Hasan tak jauh dari tempatnya ditemukan. Sebagai tanda, makam Habib diberi nisan berupa dayung yang menyertainya, sedangkan periuk diletakkan di sisi makam.

    Konon, dayung yang dijadikan nisan tumbuh menjadi pohon tanjung. Sementara periuk yang semula diletakkan di sisi makam terseret arus ombak hingga ke tengah laut. Menurut cerita, selama tiga hingga empat tahun setelah pemakaman itu, warga beberapa kali melihat periuk yang terbawa ombak kembali menghampiri makam Habib.

    Diyakini, kisah periuk ini yang melatarbelakangi sebutan Priok untuk kawasan di utara Jakarta ini. Sebutan “Mbah” disematkan kepada Habib Hassan kiranya merupakan penghormatan terhadap beliau. Kisah periuk nasi dan dayung yang menjadi pohon tanjung lantas dipercaya sebagai asal-muasal nama Tanjung Priok bagi kawasan tersebut. Setelah peristiwa ini, sejumlah keluarga Habib Hassan ikut pindah ke Batavia menyebarkan Islam dan mengurus makamnya.

    Sementara itu, Habib Ali Al Haddad, rekan seperjalanan Habib Hassan, yang selamat sempat menetap di daerah tersebut. Ia menyebarkan agama Islam hingga ke Pulau Sumbawa. Ia menetap di Sumbawa dan wafat di sana.

    Kisah perjuangan syiar Habib Hassan terus disampaikan dari mulut ke mulut. Karena perjuangan hidupnya dianggap suci, penghormatan terhadap makamnya berlangsung hingga kini. Selama sekian abad, makam itu dijadikan tempat berziarah.

Pertanyaan Lainnya